Sepeda Onthel
Pasti sudah ga asing lagi nih
dengan kendaraan beroda dua yang ramah lingkungan ini. Ya Sepedah Onthel biasa
kita temui ditempat-tempat bersejarah seperti Kota Tua atau komunitas yang
menggunakan sepeda ini. Disini kita akan bahas seputar tentang Sepeda Onthel,
sekedar untuk menambah pengetahuan kalian semua, selamat membaca.
Sepeda Onthel (Bahasa Inggris:
Roadster bicycle) atau juga disebut sebagai sepeda unta, sepeda kebo, atau pit
pancal adalah sebuah tipe sepeda standar dengan ban ukuran 28 inchi yang biasa
digunakan oleh masyarakat perkotaan sampai akhir tahun 1970-an. Sepeda onthel
mengacu pada sepeda desain Belanda yang bercirikan posisi duduk tegak dan
memiliki reputasi yang sangat kuat dan berkualitas tinggi. Karakteristik adalah
rumah rantai tertutup. Dengan gigi yang tidak bisa diubah dan biasanya terdapat
dinamo di bagian roda depan untuk menyalakan lampu. Sepeda ini juga dilengkapi
Rem drum untuk pengereman.
Berbagai macam merek sepeda
onthel dari berbagai negara beredar di pasar Indonesia. Pada segmen premium
terdapat misalnya merek Fongers, Gazelle dan Sunbeam. Kemudian pada segmen
dibawahnya diisi oleh beberapa merek terkenal antara lain seperti Simplex, Burgers,
Raleigh, Humber, Rudge, Batavus, Phillips dan NSU.
Sejarah
Nenek
moyang sepeda diperkirakan berasal dari Perancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu
sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede.
Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil
rancang bangun kendaraan dua roda.
Yang
pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat
"primitif". Ada yang bilang tanpa pedal tongkat itu (tatocipede) bisa
bergerak tapi bagaimana? Rick Boneshaker akan menjawabnya. Katanya "Oh,ini
jawabannya. Dua orang harus memutar engkol di sisi kanan dan kiri sepeda
"primitif" tersebut dengan pedoman kecepatan mendekati 109 km/jam.
Setelah itu, tatocipede akan bergerak sesuai kecepatan engkol berputar dengan
urutan sebagai berikut:
kiri,kanan,berputar,atas,depan,bawah,belakang,barat
laut
Sepeda Onthel ini mulai banyak
digunakan pada zaman Hindia Belanda. Kemudian pada tahun 1970-an keberadaan
sepeda onthel mulai digeser oleh "sepeda jengki" yang berukuran lebih
kompak baik dari ukuran tinggi maupun panjangnya dan tidak dibedakan desainnya
untuk pengendara pria atau wanita. Waktu itu sepeda jengki yang cukup populer
adalah merek Phoenix dari China. Selanjutnya, Sepeda jengki pada tahun 1980-an
juga mulai tergeser oleh sepeda MTB sampai sekarang.
Di Indonesia, masyarakat umum
menggunakan sepeda model ini untuk transportasi dan sebagai kendaraan pribadi
selayaknya sepeda motor jaman sekarang dizaman sebelom tahun 1970an. Sepeda
ontel umum dipakai oleh masyarakat perkotaan Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda hingga tahun 1950an-1960an-1970an. Setelah tahun 70an keatas hingga
tahun 2000an, masyarakat sudah mulai menggunakan sepeda motor.
Sepeda Onthel kemudian pada
tahun 1970-an secara perlahan lebih banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan
dibanding diperkotaan. Namun pada akhirnya karena usia dan kelangkaan, sepeda
onthel telah berubah menjadi barang antik dan unik. Mulailah situasi berbalik,
sepeda onthel yang dulunya terbuang, sekarang pada tahun 2000-an justru diburu
kembali oleh semua kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa sampai pejabat. Orang
Jawa mengatakan inilah "wolak-waliking zaman". Keranjingan masyarakat
terhadap sepeda onthel adalah tepat bersamaan dengan berkembangnya ancaman
global warming.
Kini banyak klub-klub dan
komunitas sepeda kuno dari berbagai daerah di Indonesia, tersebar dari Sabang
hingga Merauke yang jumlahnya ratusan komunitas, itupun hanya yang sempat
terpantau dan terdaftar, belum lagi masih banyak yang tidak terdaftar atau ikut
organisasi dibawah naungan KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia).
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_onthel
0 Comments